Sepasang Kekasih Beraroma Kopi

kopi-tumpah2-600x600

 

Beberapa hari sebelum Drajat keluar dari rumah tahanan, seorang rekannya yang sesama narapidana bertanya ke mana ia akan pergi setelah ini dan Drajat hanya menggelengkan kepalanya. Ia terdiam. Namun, sesaat kemudian ia berkata, “Aku ingin bertemu anakku. Tapi aku tak punya nyali.”

“Kenapa? Pulanglah. Temui anakmu.”

“Aku sudah cerai dengan istriku. Tak tahu ia akan menerimaku kembali atau tidak.”

“Setidaknya kau sudah menuntaskan rindumu kepada anakmu. Pulang saja. Katakan kepada istrimu bahwa kini kau sudah berubah.”

Drajat kembali terdiam. Ia memikirkan apa yang akan ia lakukan ketika kakiknya melangkah keluar dari rumah tahanan. Baca lebih lanjut

Tentang Rendra dan Segala Cintanya

Curly Man

 

Kepada mantan, ini ada cerita untukmu. Bacalah pelan-pelan, dengan atau tanpa lagu sendu.

 

Aku mengenalmu lewat sebuah game berkelas yang kumainkan di jejaring sosial Facebook. Waktu itu malam menunjukkan pukul dua belas dan aku belum mengantuk. Malam yang beku, malam yang kaku, tanpa siapa pun di sisiku. Di tengah permainanku yang penuh jemu, kudapati kau menjadi salah satu lawan mainku. Segera kubuka akun facebook-mu, dan kuajak kau untuk berteman denganku. Iseng kubuka koleksi foto-fotomu. Dan oh Tuhan, inikah titisan Yusuf? Atau jangan-jangan kau malaikat yang sedang menjelma sebagai lelaki yang membuat jangtungku berdegup? Sejenak kurasakan bara cintaku mulai meletup. Baca lebih lanjut

Potongan Cerita di Bawah Bantal

 

Teruntuk kau, yang sekarang tengah berada di pelukan seseorang, bagaimana kabarmu di negri seberang sana? Semoga kau baik-baik saja seperti yang kuharapkan. Oh iya, maaf jika surat ini mengagetkanmu. Aku hanya ingin berbagi kisah saja. Berbagi kisah yang semestinya kau simpan rapi di bawah bantalmu, agar selalu kau ingat tatkala hendak tidur, bahkan mungkin akan sampai ke mimpimu. Ya, kisah-kisah kita, kisah-kisah yang semestinya tak kau lupa. Boleh kumulai? Baca lebih lanjut

Wanita Mungil Dalam Kepala

Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal.” – Anonim

Senin 3 Januari kucoba menyingkirkan

Semua benda kenangan yang kudapat darimu

Sore itu, di perjalanan pulang dari sebuah bank tempatku bekerja, dari balik jendela kereta kusaksikan kota, penghuni, dan segala aktifitasnya berjalan melawan arah. Semacam ingin menjauh berlalu begitu saja. Di dalam kereta ekonomi dengan bangku-bangku penuh coretan anak sekolah, aku seperti terlempar ke masa lalu saat melihat kotak masuk ponselku. Ya, kotak masuk itu, di sana masih tersimpan belasan pesan darimu. Belasan bahkan puluhan pesan saat kita masih bersama. Kereta ini seakan menghantarkanku kembali ke beberapa minggu yang lalu menjelang natal penuh damai. Di malam itu, kau memutuskan untuk menjauh dariku, berhenti mencintaiku dengan alasan yang tak masuk akal.

Baca lebih lanjut

Menunggu Lampu Hijau

Gambar

19.30

Say, lg dmna? Cepetan ya. Aku tunggu sekarang di dekat Jam Gadang.

Kukirim pesan itu ke pacarku. Hari itu, 7 November 2002, ialah hari ulangtahunnya yang ke-21. Sengaja kuajak dia untuk bertemu di Menara Jam Gadang. Butuh suasana yang berbeda, ucapku dalam hati.

Jarak sepuluh meter dari Jam Gadang, kujatuhkan tubuhku di kursi merah bawah pohon mangga. Sembari menunggu ia datang, kubuka lagi kado yang akan kuberikan untuknya. “Semoga ia suka.”

Beberapa menit kemudian ia datang. Dengan baju merah mawar pemberianku beberapa bulan yang lalu, ia pun menghampiriku.

Baca lebih lanjut